About this blog

Minggu, 29 Maret 2015

Pembelajaran Tematik Terpadu (Tito Arizal Bintang)




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hidup tidak lepas dari yang disebut belajar, baik belajar formal maupun non formal. Belajar merupakan aktivitas yang paling penting, seseorang tanpa belajar hanya akan menjadi orang yang tertinggal. Manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada serta belajar juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan. Anwar (Wawan Junaidi, 2011) mengemukakan definisi belajar sebagai berikut :
Belajar adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan pendewasaan, pematangan atau yang disebabkan oleh suatu kondisi dari organisme. Belajar merupakan proses individu siswa dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya proses tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan tersebut.
Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP No. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan.
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD  kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Pembelajaran di sekolah masih banyak yang hanya berpusat pada guru, guru melakukan ceramah dan siswa hanya mendengarkan. Hal ini mengakibatkan adanya kecenderungan siswa menjadi tidak mau berpikir, sulit menganalisis masalah, membuat siswa tidak mau belajar aktif atau cenderung pasif serta siswa tidak mendominasi di dalam kelas.
Pengajar perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa dan berusaha membantu siswa mencapai tujuan-tujuan belajar dengan cara menerapkan model dan strategi belajar yang baik. Hattie (Rohani Arbaa, et al., 2010) menyatakan bahwa “Pengajaran yang baik adalah faktor terpenting dalam pembelajaran siswa. Pengajaran yang baik itu lebih penting daripada kurikulum, pengaturan ruang kelas, rekan sebaya, pendanaan, ukuran sekolah dan kelas, dan kepala sekolah”. Dalam pembelajaran, siswa harus dipacu untuk aktif agar bersemangat dan termotivasi dalam menjalani pembelajaran. Siswa juga harus dilatih untuk menganalisis gagasan, konsep, dan informasi guna memahami materi dan melatih siswa berpikir kritis. Oleh karena itu, perlu diterapkan sebuah model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif; mampu menganalisis gagasan, konsep, dan informasi; mampu berpikir kritis serta meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah model pembelajaran tematik terpadu.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan pengembangan desain bahan ajar dengan model pembelajaran tematik terpadu guna diterapkan ketika melakukan proses belajar mengajar serta diperlukan penelitian untuk menguji kualitas instrumen soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
Dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting untuk dilaksanakan di tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik. Salah satunya dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran terpadu. Salah satunya adalah model pembelajaran model terpadu integrative dan webbed. Berikut ini akan dibahas secara mendalam mengenai pembelajaran terpadu model integrative dan webbed.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pembelajaran tematik terpadu?
2.      Apa sajakah jenis-jenis pembelajaran tematik terpadu?
3.      Bagaimana model pembelajaran tematik terpadu (integrative)?
4.      Bagaimana model pembelajaran tematik terpadu (webbed)?

1.3  Tujuan
1.      Untuk menjelaskan pembelajaran tematik terpadu
2.      Untuk menjelaskan jenis-jenis pembelajaran tematik terpadu
3.      Untuk menjelaskan model pembelajaran tematik terpadu (integrative)
4.      Untuk menjelasakan model pembelajaran tematik terpadu (webbed)





BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
2.1.1. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran secara bahasa berasal dari kata dasar “belajar”. Djamarah (2011:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Sedangkan Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning) (Daryanto. 2012: 19). 
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik. 2012: 57).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor yang telah dirancang secara sistematis dalam konsep mengajar dan konsep belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran tersebut diharapkan dapat menghasilkan out put yang berkualitas pula.
Pembelajaran pada hakikatnya menempati posisi atau kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan menjadi penentu terhadap keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006 dalam Trianto, 2011: 147).
Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. (Depdiknas, 2006 dalam Trianto, 2011: 147).
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dan pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan indicator dari kurikulum/standar isi (SI) dari berbagai mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Pembelajaran tematik lebih ditekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
2.1.2. Pembelajaran Terpadu
Pendekatan pembelajaran terpadu sering disebut dengan pendekatan interdisipliner, pengajaran tematis, pengajaran sinergis. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistic dan otentik (Depdikbud, 1996: 3). Salah satu diantaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Pada pendekatan pembelajaran terpadu, progam pembelajaran disusun dalam bernagai  cabang ilmu. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil sub topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dillengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang ilmu yang lain. Topik/Tema dapat dikembangkan dari isu, perostiwa, dan permasalahan yang berkembang.
Definisi mendasar mengenai kurikulum terpadu diberikan oleh Humphreys (Humphreys, Post, and Ellis, 1981: 11) ketika ia menyatakan bahwa “Studi terpadu adalah dimana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari limgkungan mereka”. Dengan berpegang pada definisi tematik ini, Shoemaker mendifinisikan kurikulum terpadu sebagai “….pendidikan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga melintas batas-batas mata pelajaran, menggabungkan berbagai aspek kurikulum menjadi asosiasi yang bermakna untuk menfokuskan diri pada wilayah studi yang lebih luas. Kurikulum ini memandang pembelajaran dan pengajaran dalam cara yang menyeluruh dan mereflesikan dunia nyata, yang bersifat interaktif (1989: 5).
Istilah lain untuk menyebut kurikulum terpadu adalah ‘kurikulum interdisipliner’. Kurikulum interdisipliner didefinisikan dalam kamus Pendidikan sebagai organisasi kurikulum yang melintas batas-batas mata pelajaran berfokus pada permasalahan kehidupan yang komprehensif atau area studi luas yang menggabungkan berbagai segmen kurikulum kedalam asosiasi yang bermakna (Good, 1973).
Kurikulum terpadu adalah pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa untuk menghadapi pembelajaran seumur hidup. Secara umum seluruh definisi kurikulum interdisipliner mencakup kombinasi mata pelajaran, penekanan pada proyek, sumber di luar buku teks, keterkaitan antar konsep, unit-unit tematis sebagai prinsip-prinsip organisasi.
Tim pengembangan PGSD (1996/1997: 6) mengemukakan pengertian pembelajaran terpadu sebagai berikut :
1.      Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2.      Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
Merakit atau menggabungkan sebuah konsep dalam berbagai bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
2.1.3. Persamaan Pembelajaran Tematik dan Terpadu
Merupakan model pembelajaran yang memadukan beberapa materi dalam beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis, sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.
Tujuan pembelajarannya yaitu membantu guru dalam proses belajar mengajar dan membantu siswa memahami materi pelajaran.
2.1.4. Landasan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran pada hakikatnya menempati posisi atau kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan menjadi penentu terhadap keberhasilan pendidikan. Maka dalam proses pembelajaran dibutuhkan berbagai landasan atau dasar yang kokoh dan kuat. Landasan-landasan tersebut pada hakikatnya adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasil pembelajaran. Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam pembelajaran tematik meliputi:
a.    Landasan Filososfis
Landasan filosofis dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, bahkan landasan filsafat ini menjadi landasan utama yang melandasi aspek-aspek lainnya. Perumusan tujuan atau kompetensi dan isi atau materi pembelajaran tematik pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-pertimbangan filosofis. Secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: aliran progresivisme, aliran kontruksivisme, dan aliran humanisme.
b.     Landasan Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran tematik harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan. Siswa adalah individu yang berada dalam proses perkembangan seperti: perkembangan fisik atau jasmani, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Tugas utama guru adalah mengoptimalkan perkembangan siswa tersebut.
c.     Landasan Yuridis.
Dalam implementasi pembelajaran tematik diperlukan paying hukum sebagai landasan yuridisnya. Paying hukum yuridis adalah sebagai legalitas penyelenggaraan pembelajaran tematik, dalam arti bahwa pembelajaran tematik dianggap sah bilaman telah mendapatkan legalitas formal. Dalam pembelajaran tematikdi sekolah dasar dibutuhkan kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaannya. Landasan yuridis tersebut adalah UUD RI 1945, UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
1)      UUD RI 1945, pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
2)      UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 9 menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
3)      UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab V Pasal 12 ayat (1) point b menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
d.   Landasan Normatif
Landasan normatif  menghendaki bahwa, pembelajaran tematik hendaknya dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh tujuan-tujuan pembelajaran.
e.    Landasan Praktis
Landasan praktis mengharapkan bahwa pembelajaran tematik dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaannya mencapai hasil optimal. Dengan demikian  pada praktiknya guru dapat berkreativitas dan berinovasi dalam proses pembelajaran dengan menyesuaikan sarana prasarana dan sumber belajar yang tersedia.
Menurut (Sukayati, 2009) pembelajaran tematik terpadu di SD dikembangkan dengan landasan beberapa teori dan filsafat sebagai berikut :
a.    Landasan Psikologi Gestalt
Pembelajaran ditekankan pada pengenalan atau pengamatan pertama terhadap suatu objek yang diawali dari pengamatan terhadap keseluruhan atau totalitas. Totalitas atau keseluruhan itu dapat dikembangkan untuk mempelajari hubungan antar bagian atau antar mata pelajaran. Hal ini dipandang merupakan proses belajar yang wajar dan baik sesuai dengan tingkat berpikir anak.
b.   Teori Perkembangan Kognitif
Pembelajaran berorientasi pada Developmentally Appropriate Practice (DAP), yaitu pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa.
c.    Teori Konstruktivisme
Pembelajaran menekankan pada proses peserta didik mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Yaitu anak diberi kesempatan untuk menyusun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman belajarnya yang bias disebut belajar bermakna.
d.   Filsafat Konstruktivisme
Pembelajaran menekankan kepada guru untuk menggantikan hal yang biasa dan dangkal dengan realitas yang diarahkan dengan baik, dimana guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran bagi peserta didik, sehingga anak menjadi kreatif dan aktif.
2.1.5. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu
Hilda Karli dan Margaretha (2002: 15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut.
1.      Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
2.      Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari da diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
3.      Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri inkuiri.
Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.
Menurut Tim Puskur (2006), pendekatan pembelajaran tematik meiliki karakteristik sebagai berikut.
1.      Pembelajaran terpusat pada peserta didik.
Pembelajaran tematik dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Peserta didik diharapkan dapat aktif mencari menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasai sesuai dengan perkembangannya.
2.      Memberikan pengalaman langsung kepada anak.
Pembelajaran tematik diprogramkan untuk melibatkan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran yang mengaitkan antar konsep dan prinsip yang dipelajari dari beberapa mata pelajaran. Sehingga mereka akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang dialami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sedangkan peserta didik sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
3.      Pemisahan mata pelajaran tidak kelihatan atau antar mata pelajaran menyatu.
Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala dari peristiwa dari mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi yang utuh.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran sehingga bermakna.
Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagaia macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sehingga berdampak kebermkanaan dari materi yang dipelajari peserta didik. Hasil nyata akan didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari. Hal ini diharapkan akan berdampak pada kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
5.      Hasil pembelajaran dapat berkembag sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan Pembelajaran yang Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melihat bakat, minat, dan kemampuan sehingga memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar terus menerus.
6.      Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungannya dimana sekolah dan siswa berada.
7.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

2.1.6.   Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Makruf (2013), pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.       Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b.      Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c.       Pemisahan mata pelajaran/aspek tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran/aspek
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran/aspek dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, sisea mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e.       Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran/aspek dengan mata pelajaran/aspek yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f.       Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Proses pembelajaran didasarkan pada konsep pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).

2.1.7.   Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1.      Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2.      Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi,
3.      Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
4.      Menumbuhkembangkan keterampilan social seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
5.      Meningkatkan minat dalam belajar,
6.      Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.



2.1.8.   Manfaat Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut.
1.      Pengalaman atau kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
2.      Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
3.      Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4.      Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan ketrampilan berfikir dan sosial peserta didik.
5.      Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber, sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Menurut Tim Puskur (2006), ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan pembelajaran tematik.
1.      Banyak materi-materi yang tertuang dalam beberapa mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh.
2.      Peserta didik mudah memusatkan perhatian karena beberapa mata pelajaran dikemas dalam satu tema yang sama.
3.      Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi beberapa mata pelajaran dalam tema yang sama.
4.      Pembelajaran tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak membuat hubungan beberapa mata pelajaran, sehingga mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya, dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep.
Menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran dikemas dalam suatu tema dan disajikan secara terpadu dalam alokasi pertemuan-pertemuan yang direncanakan. Waktu yang lain dapat digunakan untuk pemantapan, pengayaan, pembinaan ketrampilan, dan remidial.



2.2  Jenis-Jenis Pembelajaran Tematik Terpadu
Secara teori ada dua pakar pengembang pembelajaran terpadu yaitu: Jacobs dan Fogarty. Menurut Jacobs (1989), bila ditinjau dari sifat materi dan cara memadukan ada lima model pembelajaran terpadu yaitu:
1.      Indicipliner based model (model berbasis pembelajaran terpisah). Model pembelajaran ini didasarkan pada mata pelajaran-mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah, yaitu masing-masing mata pelajaran (mata pelajaran) disampaikan sesuai jadwal berdasar kurikulum yang telah tersedia.
2.      Parallel model (model paralel). Pada model pembelajaran ini, dua ,ata pelajaran dikaitkan dengan satu tema, dari tema tersebut akan muncul pokok bahasan lain yang berkaitan.
3.      Multidisciplinary model (model keterkaitan antar mata pelajaran). Model pembelajaran ini mengaitkan satu tema dengan beberapa maple yang diajarkan secara terpisah dan masing-masing guru menyepakati tema apa yang akan diajarkan lebih dahulu.
4.      Interdiciplinary model (model interdicipliner). Model pembelajaran ini dianggap sebagai satuan –satuan periodik atau rangkaian beberapa mata pelajaran dalam kaitan mempelajari tema yang bertujuan untuk memecahkan masalah.
5.      Integrated model (model terpadu). Model pembelajaran ini hampir sama dengan model interdicipliner, bedanya pada model terpadu kualitasnya lebih mendalam, baik mengenai bahan, ketrampilan maupun tujuan. Dengan mengintegrasikan pemahaman-pemahaman, sikap-sikap, ketrampilan-ketrampilan, dan isi yang beragam maka akan diperoleh banyak keragaman dalam strategi pembelajaran dan akan meningkatkan kemungkinan terjadi hubungan baru dalam memadukan mata pelajaran secara konseptual.
Sedangkan Fogarty (1991), mengembangkan 10 model pembelajaran terpadu yang ditinjau dari sifat materi, cara memadukan konsep, keterampilan, dan unit tematiknya. Adapun sepuluj model tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Fragmented (Penggalan)



Model Fragmented adalah model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.
Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
Keunggulan model ini adalah guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
2.      Connected  (Keterhubungan)


Model Connected adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keteramilan yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkna ide-ide yang dipelajari pada satu semester berikutnya dalam satu bidang studi.
Keunggulan model ini adalah siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kelemahan model ini adalah guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
3.      Nested (Sarang)



Model Nested adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada satu mata pelajaran saja. Tetapi materi pelajaran masih ditempatkan pada prioritas utama yang kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. Model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Keunggulan model ini adalah kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.
4.      Sequenced (Pengurutan)



Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik atau unit yang disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.
Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model ini adalah perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang lainnya.
5.      Shared (Irisan)



Model shared adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu fokus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu pelajaran saja.
Keunggulan model ini adalah dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.
Kelemahan model ini adalah untuk menyususn rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.
6.      Webbed (Jaring Laba-laba)



Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati, maka dikembangkan menjadi subtema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan bidang studi lain. setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas pembelajatran yang mendukung.
Keunggulan model ini adalah faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa. Mereka dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan, kemudahan untuk lintas semester dalam KTSP sangat mendukung untuk dapat dilaksanakannya model pembelajaran ini.
Kelemahan model ini adalah kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa. Selain itu seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan. Perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
7.      Threaded (Bergalur)



Model Threaded adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti subyek materi. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari bagian materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpan tindih.
Keunggulan model ini adalah konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Nilai lebih dari model ini adalah materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran superor dapat memiliki kekuatan transfer pada keterampilan hidup.
Kelemahan model ini adalah hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan secara eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan strategi yang digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.



8.      Integrated (Keterpaduan)



Model integrated adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Untuk membuat tema, guru harus menyeleksi terlebih ahulu konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu tema untuk memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket pembelajaran bertema.
Keunggulan model ini adalah siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai disiplin ilmu, memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan dengan baik maka dapat dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan sekolah “integrated day” 
Kelemahan model ini adalah sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait. Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
9.      Immersed (Terbenam)



Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMA dalam bentuk proyek di akhir semester.
Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas. Model ini melatih kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga SMA. Bagi siswa kelas 4 SD model ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI. Misalnya merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.
Kelemahan model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn secara baik dan terencana sebelumnya.
10.  Networked (Jaringan Kerja)






Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Keunggulan model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung.
Kelemahan model ini adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.

2.3  Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
2.3.1.      Pengertian Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Menurut Makruf (2013) Pembelajaran tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengintegrasikan beberapa kompetensi dari beberapa mata pelajaran ke berbagai tema, sehingga dapat memberikan pembelajaran yang bermakna kepada peserta didik. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Pemilihan tema dalam pembelajaran didasarkan pada berbagai Kompetensi Dasar (KD) sebagai penjabaran dari Kompetensi Inti (KI). Dalam konteks pembelajaran tematik integratif, pemilihan tema didasarkan pada upaya untuk merajut berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar berbagai konsep dasar secara parsial.

2.3.2.      Gambaran Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. 
2.3.3.      Ciri-ciri Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Ciri-ciri pendekatan integrative dalam (Zuchdi, 1997) itu antara lain:
  1. berpusat pada siswa,
  2. memberikan pengalaman langsung pada anak,
  3. pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas,
  4. menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran,
  5. bersifat luwes, dan
  6. hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.



2.3.4.      Karakteristik Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)


·         Beberapa muatan mapel tergabung dalam satu tema.
·         Masing-masing muatan mapel menyatu secara merata(pergantian mapel tidak disadari oleh siswa).
·         Setiap satu tema, muatan mapelnya bebas sesuai dengan kelas, KI, dan KD.
2.3.5.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Pembelajaran tematik terpadu integratif merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapamata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman berlajar yang bermakna pada siswa. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba untukmemadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995 dalam Sa’ud, 2006). Keterpaduandalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses dan waktu, aspek materibelajar, dan aspek kegiatan belajar dan mengajar. Pembelajaran tematik terpadu integrative dapatdilaksanakan dalam proses pembelajaran siswa sekolah dasar sesuai dengankompetensi dan materi ajar yang terdapat dalam kurikulum.
Ø  Kelebihan Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Pendekatan tematik terpadu integrative memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan dibandingkandengan model pembelajaran konvensional, diantaranya adalah (Sa’ud, dkk. 2006) :
a.       Mendorong guru untuk mengembangkan kreatifitas
b.      Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaranyang utuh, menyeluruh, dinamis dan bermakna sesuai dengan keinginan dankemampuan guru maupun kebutuhan dan kesiapan siswa.
c.       Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap,dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilaiatau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi.
d.      Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran, disampingmenyederhanakan langkah-langkah pembelajaran.
Ø  Kekurangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Selain kelebihan atau keunggulan, terdapat beberapa kelemahan dari pendekatanterpadu yaitu (Sa’ud, dkk., 2006) :
a.       Dilihat dari aspek guru, model ini menuntut tersedianya peran guru yangmemiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreativitas tinggi,keterampilan metodologik yang handal, kepercayaan diri dan etos akademikyang tinggi, dan berani untuk mengemas dan mengembangkan materi.
b.      Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran tematik terpadu integrative termasuk memiliki peluanguntuk pengembangan kreatifitas akademik, yang menuntut kemampuanbelajar siswa yang relatif baik, baik dalam aspek intelegensi maupunkreatifitasnya.
c.       Dilihat dari aspek sarana atau sumber pembelajaran, pembelajaran tematik terpadu integrativememerlukan bahan atau sumber informasi yang cukup banyak dan berguna, seperti yang dapat menunjang dan memperkaya serta mengembangkanwawasan dan pengetahuan yang diperlukan.
e.       Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik terpadu integrative memerlukan jeniskurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.
f.       Dilihat dari sistem penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik terpadu integrativetersebut membutuhkan sistem penilaian dan pengukuran (objek, indikator danprosedur) yang terpadu dalam arti sistem yang berusaha menetapkankeberhasilan belajar siswa dilihat dari beberapa mata pelajaran yang terkait,atau dengan kata lain, hasil belajar merupakan kumpulan dan panduanpenguasaan dari berbagai materi yang disatukan dan digabungkan.
g.      Dilihat dari suasana dan penekanan proses pembelajaran, pembelajarantematik terpadu integrative cenderung mengakibatkan “tenggelamnya” pengutamaan salah satuatau lebih mata pelajaran.
Keterbatasan lain dari pembelajaran tematik terpadu integrative yang telah mencoba menerapkanpendekatan ini mengungkapkan beberapa kesulitan baik pada saat persiapanmaupun pelaksanaan pembelajaran , yaitu (Rustaman, N.Y. dkk., 2004):
a.       Menentukan “jembatan” yang bersifat alamiah sehingga keterkaitan antarunsur tidak tampak dipaksakan.
b.       Struktur kurikulum yang dibatasi oleh catur wulan, seringkali menghambatpenentuan fokus untuk mencari keterkaian antar unsur.
c.       Pendekatan ini menuntut cara mengases hasil pembelajaran dengan tingkatvariasi tinggi pada saat hampir bersamaan, hal ini dianggap beban yang cukupberat oleh guru.
d.      Kurangnya dukungan dari pihak orangtua dan pihak luar sekolah yangseharusnya dapat menjadi narasumber otentik bagi siswa, sehingga siswamengalami hambatan untuk menjaring pengalaman otentik yang justrumenjadi jiwa dari pendekatan ini.
Selain dari pihak guru, dari pihak siswa terungkap juga beberapapermasalahan yang menjadi hambatan bagi pengembangan pendekatan ini yaitu:
a.       Seringkali rancangan kegiatan pembelajaran melibatkan terlalu banyak tugastugasyang akhirnya terkesan membebani siswa.
b.      Fokus atau jembatan kurang jelas sehingga siswa merasa bingung dan gagalmemahami keterkaitan antar unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran,peran guru tampaknya sangat diperlukan dalam menggiring siswa untuksampai pada fokus yang telah ditetapkan.

2.3.6.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Apabila seorang guru memutuskan untuk mencoba mengajar dengan pendekatantematik terpadu integrative, langkah awal adalah mencari dan menentukan keterkaitan antar satu unsuredengan unsur lainnya. Bentuk keterkaitan tersebut dituangkan dalam bentuk temayang akan dijadikan focus utama pembahasan. Syarat yang harus diperhatikan dalammenentukan tema adalah (Rustaman, N.Y., dkk. 2004) :
1.      Bersifat “fertil” artinya tema tersebut memiliki kemungkinan keterkaitan yang kayadengan unsur atau konsep lain. Tema yang fertil biasanya berupa pola atau siklus.
2.      Tema sebaiknya sudah dikenal oleh siswa sehingga siswa dapat dengan mudahmenemukan kebermaknaan dari hubungan antar konsepnya.
3.      Tema memberikan banyak kesempatan untuk melakukan eksplorasi dari objek ataukejadian nyata dan dekat dengan lingkungan keseharian siswa sehingga kesempatanuntuk memperkaya pengalaman serta keterampilan akan banyak didapatkan.
4.      Tema menggambarkan keterkaitan yang logis dan alamiah antar unsurnya.
5.      Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak (Karli &Hutabarat, 2007).
Setelah tema ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat perencanaanpembelajaran yang mencakup kegiatan :
1.      Pengembangan subtema jika diperlukan
2.      Mengidentifikasi target pembelajaran dalam bentuk pengembangan TPK
3.      Merancang kegiatan pembelajaran dengan pengalaman belajar yang disesuaikandengan tema, termasuk merinci pihak yang dapat dilibatkan dalam memberikanpengalaman otentik kepada siswa.
4.      Merancang bentuk asesmen untuk mengetahui ketercapaian target pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaanmempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dankemampuan).

2.3.7.      Penerapan Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Salah satu kunci pembelajaran tematik terpadu integrative yang terdiri atas beberapa bidang kajianadalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapatpengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagaibidang kajian, Pengertian terpadu disini mengandung makna menghubungkan IPAdengan berbagai bidang kajian (Carin, 1997 dalam Puskur, 2005). Lintas bidangkajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti makhlukhidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, geologidan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain diluar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan SekolahDasar. Pada jenjang SMP keterpaduan akan lebih baik bila dibatasi bidang kajianIPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yangakan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian,mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pulapemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik.
Pembelajaran tematik terpadu integrative diawali dengan menentukan tema, karena penentuan temaakan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu :
1.      Peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggungjawab, berdisiplin, dan mandiri.
2.      Peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bilamereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya
3.      Peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena merekamendengar, berbicara, membaca, menulis, dan melakukan kegiatan menyelidikimasalah yang sedang dipelajarinya.
4.      Memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik
5.      Belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugasproyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru dan dunia nyata.
Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA,sebaiknya memilih tema yang menghubungkaitkan antara IPA-lingkunganteknologi-masyarakat.

2.4  Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
2.4.1.      Pengertian Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Seperti yang telah sedikit dibahas di atas. Salah satu model pembelajaran menurut Fogarty yaitu model webbed. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 secara tegas mengatakan pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Penerapan untuk kelas rendah (1, 2, dan 3) Sekolah Dasar dilakukan dengan pendekatan tematik webbed jaring labang-laba. Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan pendekatan integrated atau terpadu beberapa mata pelajaran.
Menurut Trianto dalam bukunya Model Pembelajaran Terpadu dalam teori dan Praktek menyatakan bahwa pembelajaran Model webbed (Model Jaring Laba-laba) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negoisasi dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa.  Jadi model webbed atau jaring laba- laba terimplementasi melalui pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang cenderung dapat disampailan melalui beberapa bidang study lain. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran maupun lintas mata pelajaran.
2.4.2.      Gambaran Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Model webbed ini menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang berkesan agar belajar siswa lebih bermakna. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Selain itu dengan penerapan pembelajaran terpadu model webbed yang menggunakan pendekatan tematik  disekolah dasar, akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu dengan satu kesatuan(holistic).
2.4.3.      Ciri-ciri Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
·         Memiliki beberapa cabang.
·         Tema terletak pada bagian tengah.
·         Bentuk pola model webbed berbentuk jaring laba-laba
·         Muatan mapelnya masih terlihat secara utuh

2.4.4.      Karakteristik Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)



·         Satu tema memiliki beberapa muatan mapel
·         Masing-masing muatan matpel masih bisa dibedakan (secara utuh)
·         Setiap satu tema, muatan mapelnya bebas sesuai dengan kelas KI dan KD

2.4.5.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Ø  Kelebihan Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Kelebihan dari model jaring laba-laba (webbed), meliputi:          
a.       Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar;
b.      Lebih mudah dilakukan oleh guru yang bbelum berpengalaman;
c.       Memudahkan perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema kesemua bidang isi pelajaran;
d.      Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa;
e.       Memberikan kemudahan bagi anak didik dalam kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.        
Keuntungan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa.
Ø  Kekurangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Selain kelebihan yang dimiliki, model webbed juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:
a.       Sulit dalam menyeleksi tema;
b.      Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial dalam perencanaan kurikulum, sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
c.       Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada pengembangan konsep;
d.      Memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.

2.4.6.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Dengan penerapan pembelajaran terpadu model webbed yang menggunakan pendekatan tematik disekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan (holistik).
Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba yaitu:
a.       Mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia.
b.      Mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema.
c.       Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema.
d.      Menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih.
e.       Menyusun Rencana Kegiatan Mingguan.
f.       Menyusun Rencana Kegiatan Harian.

2.4.7.      Penerapan Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Pembelajaran terpadu menggunakan model webbed dimulai dengan menentukan tema. Sebagai contoh tema yang sudah ditentukan bersama adalah “Keluarga”. Dari tema ini dikembangkan dan dipadukan menjadi sub-sub tema yang ada pada beberapa mata pelajaran, misalnya :
a.       IPA
Standar Kompetensi : mengenal bebagai benda langit dan peristiwa alam (cuaca dan musim) serta pengaruhnya terhadap kegiatan manusia.
Siswa diajarkan tentang macam-macam benda langit dan peristiwa alam yang terjadi di sekitar. Dari peristiwa alam tersebut siswa diharapkan dapat menjaga kebersihan rumah.
b.      IPS
Standar Kompetensi : mendeskripsikan lingkugan rumah
Siswa diajarkan untuk mendeskripsikan lingkungan rumahnya masing-masing de
c.       Matematika
Standar Kompetensi : mengenal bangun datar
Siswa diajarkan tentang bentuk-bentuk bangun datar misalnya, misalnya pintu rumah berbentuk persegi panjang,  jendela berbentuk persegi,
d.      Pkn
Standar Kompetensi : menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah
Siswa diajarkan tentang mengikuti tata tertib di rumah. Bekerja sama dengan anggota keluarga yang lain dengan baik.
e.       Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi : memahami teks pendek dengan membaca nyaring.
Siswa membaca teks tentang kehidupan keluarga yang harmonis.

2 komentar:

  1. If you're trying to burn fat then you certainly need to get on this brand new custom keto meal plan diet.

    To design this keto diet service, certified nutritionists, personal trainers, and professional chefs united to develop keto meal plans that are productive, decent, cost-efficient, and delightful.

    Since their first launch in January 2019, 100's of individuals have already completely transformed their figure and well-being with the benefits a professional keto meal plan diet can give.

    Speaking of benefits; in this link, you'll discover 8 scientifically-confirmed ones offered by the keto meal plan diet.

    BalasHapus