BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hidup tidak lepas dari yang disebut
belajar, baik belajar formal maupun non formal. Belajar merupakan aktivitas
yang paling penting, seseorang tanpa belajar hanya akan menjadi orang yang
tertinggal. Manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai
kapanpun dan dimanapun manusia itu berada serta belajar juga menjadi kebutuhan
yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan. Anwar (Wawan
Junaidi, 2011) mengemukakan definisi belajar sebagai berikut :
Belajar
adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan pendewasaan,
pematangan atau yang disebabkan oleh suatu kondisi dari organisme. Belajar
merupakan proses individu siswa dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga
menyebabkan terjadinya proses tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan
hasil interaksi dengan lingkungan tersebut.
Dewasa ini setiap satuan pendidikan
secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP No. 19 ini memberikan arahan
tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi;
(b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan
tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana;
(f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian
pendidikan.
Peserta didik yang berada pada
sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada
usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ
tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami
hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung
kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan
secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan
Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan
secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan
dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih
melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik),
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan
kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat
kesulitan bagi peserta didik.
Pembelajaran di sekolah masih banyak yang hanya berpusat
pada guru, guru melakukan ceramah dan siswa hanya mendengarkan. Hal ini
mengakibatkan adanya kecenderungan siswa menjadi tidak mau berpikir, sulit
menganalisis masalah, membuat siswa tidak mau belajar aktif atau cenderung
pasif serta siswa tidak mendominasi di dalam kelas.
Pengajar perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa
dan berusaha membantu siswa mencapai tujuan-tujuan belajar dengan cara
menerapkan model dan strategi belajar yang baik. Hattie (Rohani Arbaa, et al.,
2010) menyatakan bahwa “Pengajaran yang baik adalah faktor terpenting dalam
pembelajaran siswa. Pengajaran yang baik itu lebih penting daripada kurikulum,
pengaturan ruang kelas, rekan sebaya, pendanaan, ukuran sekolah dan kelas, dan
kepala sekolah”. Dalam pembelajaran, siswa harus dipacu untuk aktif agar
bersemangat dan termotivasi dalam menjalani pembelajaran. Siswa juga harus
dilatih untuk menganalisis gagasan, konsep, dan informasi guna memahami materi
dan melatih siswa berpikir kritis. Oleh karena itu, perlu diterapkan sebuah
model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif; mampu menganalisis
gagasan, konsep, dan informasi; mampu berpikir kritis serta meningkatkan
motivasi siswa dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi
kriteria tersebut adalah model pembelajaran tematik terpadu.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan
pengembangan desain bahan ajar dengan model pembelajaran tematik terpadu guna diterapkan ketika melakukan proses belajar
mengajar serta diperlukan penelitian untuk menguji kualitas instrumen soal
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
Dalam rangka implementasi Standar
Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu
sangat penting untuk dilaksanakan di tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran
di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta
didik. Salah satunya dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran
terpadu. Salah satunya adalah model pembelajaran model terpadu integrative dan webbed. Berikut ini
akan dibahas secara mendalam mengenai pembelajaran terpadu model integrative dan webbed.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembelajaran tematik
terpadu?
2. Apa sajakah jenis-jenis pembelajaran
tematik terpadu?
3. Bagaimana model pembelajaran tematik
terpadu (integrative)?
4. Bagaimana model pembelajaran tematik
terpadu (webbed)?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pembelajaran
tematik terpadu
2. Untuk menjelaskan jenis-jenis
pembelajaran tematik terpadu
3. Untuk menjelaskan model pembelajaran
tematik terpadu (integrative)
4. Untuk menjelasakan model
pembelajaran tematik terpadu (webbed)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Terpadu
2.1.1. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
secara bahasa berasal dari kata dasar “belajar”. Djamarah (2011:13)
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan tersebut
terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Sedangkan
Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching)
dan konsep belajar (learning) (Daryanto. 2012: 19).
Pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran (Hamalik. 2012: 57).
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang menghasilkan
perubahan tingkah laku yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor yang
telah dirancang secara sistematis dalam konsep mengajar dan konsep belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran tersebut diharapkan dapat
menghasilkan out put yang berkualitas pula.
Pembelajaran
pada hakikatnya menempati posisi atau kedudukan yang sangat strategis dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan menjadi penentu terhadap
keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran
tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis daripada
model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah
model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
(Depdiknas, 2006 dalam Trianto, 2011: 147).
Istilah
pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. (Depdiknas, 2006 dalam Trianto,
2011: 147).
Pembelajaran
tematik merupakan suatu pendekatan dan pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan indicator dari
kurikulum/standar isi (SI) dari berbagai mata pelajaran menjadi satu kesatuan
untuk dikemas dalam satu tema. Pembelajaran tematik lebih ditekankan pada
keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman
langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran
ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan
bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan
perkembangan anak.
2.1.2. Pembelajaran Terpadu
Pendekatan
pembelajaran terpadu sering disebut dengan pendekatan interdisipliner, pengajaran
tematis, pengajaran sinergis. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya
merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip secara holistic dan otentik (Depdikbud, 1996: 3). Salah satu
diantaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu
peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah
kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal
yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Pada
pendekatan pembelajaran terpadu, progam pembelajaran disusun dalam
bernagai cabang ilmu. Pengembangan
pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil sub topik dari suatu
cabang ilmu tertentu, kemudian dillengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam
dengan cabang ilmu yang lain. Topik/Tema dapat dikembangkan dari isu,
perostiwa, dan permasalahan yang berkembang.
Definisi
mendasar mengenai kurikulum terpadu diberikan oleh Humphreys (Humphreys, Post,
and Ellis, 1981: 11) ketika ia menyatakan bahwa “Studi terpadu adalah dimana
para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata
pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari limgkungan mereka”.
Dengan berpegang pada definisi tematik ini, Shoemaker mendifinisikan kurikulum
terpadu sebagai “….pendidikan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga
melintas batas-batas mata pelajaran, menggabungkan berbagai aspek kurikulum
menjadi asosiasi yang bermakna untuk menfokuskan diri pada wilayah studi yang
lebih luas. Kurikulum ini memandang pembelajaran dan pengajaran dalam cara yang
menyeluruh dan mereflesikan dunia nyata, yang bersifat interaktif (1989: 5).
Istilah
lain untuk menyebut kurikulum terpadu adalah ‘kurikulum interdisipliner’.
Kurikulum interdisipliner didefinisikan dalam kamus Pendidikan sebagai
organisasi kurikulum yang melintas batas-batas mata pelajaran berfokus pada
permasalahan kehidupan yang komprehensif atau area studi luas yang
menggabungkan berbagai segmen kurikulum kedalam asosiasi yang bermakna (Good,
1973).
Kurikulum
terpadu adalah pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa untuk menghadapi
pembelajaran seumur hidup. Secara umum seluruh definisi kurikulum
interdisipliner mencakup kombinasi mata pelajaran, penekanan pada proyek,
sumber di luar buku teks, keterkaitan antar konsep, unit-unit tematis sebagai
prinsip-prinsip organisasi.
Tim
pengembangan PGSD (1996/1997: 6) mengemukakan pengertian pembelajaran terpadu
sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema
tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala
dan konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun
dari bidang studi lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang
menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling
dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
Merakit atau menggabungkan sebuah konsep dalam berbagai bidang studi
yang berbeda dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
2.1.3. Persamaan Pembelajaran
Tematik dan Terpadu
Merupakan model pembelajaran yang memadukan beberapa materi
dalam beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis, sehingga memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.
Tujuan pembelajarannya yaitu membantu guru dalam proses
belajar mengajar dan membantu siswa memahami materi pelajaran.
2.1.4.
Landasan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran
pada hakikatnya menempati posisi atau kedudukan yang sangat strategis dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan menjadi penentu terhadap
keberhasilan pendidikan. Maka dalam proses pembelajaran dibutuhkan berbagai
landasan atau dasar yang kokoh dan kuat. Landasan-landasan tersebut pada
hakikatnya adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
oleh guru pada waktu merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasil
pembelajaran. Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian guru dalam
pembelajaran tematik meliputi:
a.
Landasan
Filososfis
Landasan
filosofis dimaksudkan pentingnya aspek filsafat dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik, bahkan landasan filsafat ini menjadi landasan utama yang melandasi
aspek-aspek lainnya. Perumusan tujuan atau kompetensi dan isi atau materi
pembelajaran tematik pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-pertimbangan
filosofis. Secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi
oleh tiga aliran filsafat yaitu: aliran progresivisme, aliran kontruksivisme,
dan aliran humanisme.
b.
Landasan Psikologis
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, oleh sebab itu dalam
melaksanakan pembelajaran tematik harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan
dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan. Siswa adalah
individu yang berada dalam proses perkembangan seperti: perkembangan fisik atau
jasmani, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Tugas utama guru adalah
mengoptimalkan perkembangan siswa tersebut.
c.
Landasan Yuridis.
Dalam
implementasi pembelajaran tematik diperlukan paying hukum sebagai landasan
yuridisnya. Paying hukum yuridis adalah sebagai legalitas penyelenggaraan
pembelajaran tematik, dalam arti bahwa pembelajaran tematik dianggap sah
bilaman telah mendapatkan legalitas formal. Dalam pembelajaran tematikdi
sekolah dasar dibutuhkan kebijakan atau peraturan yang mendukung
pelaksanaannya. Landasan yuridis tersebut adalah UUD RI 1945, UU Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
1)
UUD
RI 1945, pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan yang layak.
2)
UU
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 9 menyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
3)
UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab V Pasal 12 ayat (1)
point b menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
d.
Landasan
Normatif
Landasan
normatif menghendaki bahwa, pembelajaran
tematik hendaknya dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai
oleh tujuan-tujuan pembelajaran.
e. Landasan Praktis
Landasan praktis mengharapkan bahwa pembelajaran tematik
dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang berpengaruh
terhadap kemungkinan pelaksanaannya mencapai hasil optimal. Dengan demikian pada
praktiknya guru dapat berkreativitas dan berinovasi dalam proses pembelajaran
dengan menyesuaikan sarana prasarana dan sumber belajar yang tersedia.
Menurut (Sukayati, 2009) pembelajaran tematik
terpadu di SD
dikembangkan dengan landasan beberapa teori dan filsafat sebagai berikut :
a. Landasan Psikologi Gestalt
Pembelajaran
ditekankan pada pengenalan atau pengamatan pertama terhadap suatu objek yang
diawali dari pengamatan terhadap keseluruhan atau totalitas. Totalitas atau
keseluruhan itu dapat dikembangkan untuk mempelajari hubungan antar bagian atau
antar mata pelajaran. Hal ini dipandang merupakan proses belajar yang wajar dan
baik sesuai dengan tingkat berpikir anak.
b. Teori Perkembangan Kognitif
Pembelajaran
berorientasi pada Developmentally
Appropriate Practice (DAP), yaitu pembelajaran harus disesuaikan dengan
perkembangan usia dan individu yang meliputi kognisi, emosi, minat, dan bakat
siswa.
c. Teori Konstruktivisme
Pembelajaran
menekankan pada proses peserta didik mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
Yaitu anak diberi kesempatan untuk menyusun pengetahuannya sendiri berdasarkan
pengalaman belajarnya yang bias disebut belajar bermakna.
d. Filsafat Konstruktivisme
Pembelajaran
menekankan kepada guru untuk menggantikan hal yang biasa dan dangkal dengan
realitas yang diarahkan dengan baik, dimana guru berperan sebagai fasilitator
pembelajaran bagi peserta didik, sehingga anak menjadi kreatif dan aktif.
2.1.5. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu
Hilda Karli dan Margaretha (2002: 15)
mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut.
1. Holistik,
suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji
dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala
sisi.
2. Bermakna,
keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang
dipelajari da diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
3. Aktif,
pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri inkuiri.
Peserta
didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak
langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.
Menurut
Tim Puskur (2006), pendekatan pembelajaran tematik meiliki karakteristik
sebagai berikut.
1. Pembelajaran
terpusat pada peserta didik.
Pembelajaran
tematik dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada
dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memberikan keleluasaan pada peserta didik, baik secara individu maupun
kelompok. Peserta didik diharapkan dapat aktif mencari menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasai sesuai
dengan perkembangannya.
2. Memberikan
pengalaman langsung kepada anak.
Pembelajaran
tematik diprogramkan untuk melibatkan peserta didik secara langsung dalam
pembelajaran yang mengaitkan antar konsep dan prinsip yang dipelajari dari
beberapa mata pelajaran. Sehingga mereka akan memahami hasil belajarnya sesuai
dengan fakta dan peristiwa yang dialami, bukan sekedar informasi dari gurunya.
Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing
ke arah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sedangkan peserta didik sebagai
aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
3. Pemisahan
mata pelajaran tidak kelihatan atau antar mata pelajaran menyatu.
Pembelajaran
tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala dari
peristiwa dari mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi yang utuh.
4. Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran sehingga
bermakna.
Pembelajaran
tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagaia macam aspek yang membentuk
semacam jalinan antar pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sehingga
berdampak kebermkanaan dari materi yang dipelajari peserta didik. Hasil nyata
akan didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan
konsep-konsep lain yang dipelajari. Hal ini diharapkan akan berdampak pada
kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
5. Hasil
pembelajaran dapat berkembag sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Pada
pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan Pembelajaran yang Aktif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang melibatkan peserta didik secara aktif
dalam proses pembelajaran dengan melihat bakat, minat, dan kemampuan sehingga
memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar terus menerus.
6. Bersifat
fleksibel
Pembelajaran
tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari
suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya
dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungannya dimana sekolah dan siswa
berada.
7. Menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
2.1.6. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Makruf (2013), pembelajaran tematik memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a.
Berpusat
pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern
yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih
banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada
siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b.
Memberikan
pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan
pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c.
Pemisahan
mata pelajaran/aspek tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema
yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d.
Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran/aspek
Pembelajaran
tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran/aspek dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian, sisea mampu memahami konsep-konsep
tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e.
Bersifat
fleksibel
Pembelajaran
tematik bersifat luwes (fleksibel)
dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran/aspek dengan
mata pelajaran/aspek yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa
dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f.
Hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa
diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan
minat dan kebutuhannya.
g.
Menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Proses pembelajaran didasarkan pada konsep pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).
2.1.7. Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembalajaran
terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang
dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan
menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif,
kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuhkembangkan keterampilan
social seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat
orang lain.
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan
minat dan kebutuhannya.
2.1.8. Manfaat Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran
terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan konvensional, yaitu
sebagai berikut.
1. Pengalaman
atau kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak.
2. Kegiatan
yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
3. Seluruh
kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan
dapat bertahan lebih lama.
4. Pembelajaran
terpadu menumbuhkembangkan ketrampilan berfikir dan sosial peserta didik.
5. Pembelajaran
terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang
sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
Jika
pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar
guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan
peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber, sehingga belajar lebih
menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih
bermakna.
Menurut
Tim Puskur (2006), ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan
pembelajaran tematik.
1. Banyak
materi-materi yang tertuang dalam beberapa mata pelajaran mempunyai keterkaitan
konsep, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh.
2. Peserta
didik mudah memusatkan perhatian karena beberapa mata pelajaran dikemas dalam
satu tema yang sama.
3. Peserta
didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
beberapa mata pelajaran dalam tema yang sama.
4. Pembelajaran
tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak membuat hubungan beberapa
mata pelajaran, sehingga mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya
pikirnya, dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep.
Menghemat
waktu karena beberapa mata pelajaran dikemas dalam suatu tema dan disajikan
secara terpadu dalam alokasi pertemuan-pertemuan yang direncanakan. Waktu yang
lain dapat digunakan untuk pemantapan, pengayaan, pembinaan ketrampilan, dan
remidial.
2.2 Jenis-Jenis Pembelajaran Tematik Terpadu
Secara teori ada dua pakar pengembang pembelajaran terpadu
yaitu: Jacobs dan Fogarty. Menurut Jacobs (1989), bila ditinjau dari sifat
materi dan cara memadukan ada lima model pembelajaran terpadu yaitu:
1. Indicipliner based
model (model berbasis pembelajaran terpisah).
Model pembelajaran ini didasarkan pada mata pelajaran-mata pelajaran yang
diajarkan secara terpisah, yaitu masing-masing mata pelajaran (mata pelajaran)
disampaikan sesuai jadwal berdasar kurikulum yang telah tersedia.
2. Parallel model
(model paralel). Pada model pembelajaran ini, dua ,ata pelajaran dikaitkan
dengan satu tema, dari tema tersebut akan muncul pokok bahasan lain yang
berkaitan.
3. Multidisciplinary model
(model keterkaitan antar mata pelajaran). Model pembelajaran ini mengaitkan
satu tema dengan beberapa maple yang diajarkan secara terpisah dan
masing-masing guru menyepakati tema apa yang akan diajarkan lebih dahulu.
4. Interdiciplinary model
(model interdicipliner). Model pembelajaran ini dianggap sebagai satuan –satuan
periodik atau rangkaian beberapa mata pelajaran dalam kaitan mempelajari tema
yang bertujuan untuk memecahkan masalah.
5. Integrated model
(model terpadu). Model pembelajaran ini hampir sama dengan model
interdicipliner, bedanya pada model terpadu kualitasnya lebih mendalam, baik
mengenai bahan, ketrampilan maupun tujuan. Dengan mengintegrasikan
pemahaman-pemahaman, sikap-sikap, ketrampilan-ketrampilan, dan isi yang beragam
maka akan diperoleh banyak keragaman dalam strategi pembelajaran dan akan meningkatkan
kemungkinan terjadi hubungan baru dalam memadukan mata pelajaran secara
konseptual.
Sedangkan
Fogarty (1991), mengembangkan 10 model pembelajaran terpadu yang ditinjau dari
sifat materi, cara memadukan konsep, keterampilan, dan unit tematiknya. Adapun
sepuluj model tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Fragmented (Penggalan)
Model Fragmented adalah model pembelajaran
konvensional yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa
tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan
pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan
mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya
tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran
berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda
dari setiap guru.
Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat
mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada
kaitannya satu dengan yang lainnya.
Keunggulan model ini adalah guru dapat menyiapkan bahan
ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup
bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
2.
Connected (Keterhubungan)
Model Connected adalah model pembelajaran terpadu
yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep
yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan
keteramilan yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang
dilakukan pada hari berikutnya, bahkna ide-ide yang dipelajari pada satu
semester berikutnya dalam satu bidang studi.
Keunggulan model ini adalah siswa dapat memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa
diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan
mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kelemahan model ini adalah guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk
menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya
atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global
jadi terabaikan.
3. Nested (Sarang)
Model Nested adalah model pembelajaran terpadu
yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan
berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya
memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan
proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa
aspek pada satu mata pelajaran saja. Tetapi materi pelajaran masih ditempatkan
pada prioritas utama yang kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain.
Model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep
suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan.
Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga
cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap
melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Keunggulan model ini adalah kemampuan siswa lebih diperkaya
lagi karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir
dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna
kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan,
jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa
materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya
tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser
prioritasnya pada keterampilan.
4. Sequenced (Pengurutan)
Model Sequenced adalah model
pembelajaran yang topik atau unit yang disusun kembali dan diurutkan sehingga
bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran
yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat
diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan,
tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling
mendukung.
Keunggulan model ini adalah dalam
penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri
berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam
kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang
berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi
dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model ini adalah perlu adanya kerjasama
antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada
kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang lainnya.
5. Shared (Irisan)
Model shared adalah model pembelajaran terpadu
yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling
melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu fokus
pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep pelajaran,
keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya
dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang,
dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap
menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya
memayungi satu pelajaran saja.
Keunggulan model ini adalah dalam hal mentransfer konsep
secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan
alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam
waktu yang bersamaan.
Kelemahan model ini adalah untuk menyususn rencana model
pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda,
sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.
6.
Webbed (Jaring
Laba-laba)
Model webbed adalah model pembelajaran terpadu
yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai
dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati, maka dikembangkan
menjadi subtema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan bidang studi lain.
setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas pembelajatran yang mendukung.
Keunggulan model ini adalah faktor motivasi berkembang
karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa. Mereka dapat
dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat
saling berhubungan, kemudahan untuk lintas semester dalam KTSP sangat mendukung
untuk dapat dilaksanakannya model pembelajaran ini.
Kelemahan model ini adalah kecenderungan untuk mengambil
tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa. Selain itu
seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi
terabaikan. Perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi
pelajaran.
7.
Threaded (Bergalur)
Model Threaded adalah model pembelajaran yang
memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan
inti subyek materi. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir (problem
solving) dari beberapa mata pelajaran dicari bagian materi yang merupakan
bagian dari problem solving. Seperti komponen memprediksi, meramalkan
kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan, hipotesis
laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang
saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula
dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpan tindih.
Keunggulan model ini adalah konsep berputar sekitar
metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif. Model ini membuat
siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang
sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Nilai lebih dari model ini
adalah materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni sehingga siswa yang
mempunyai tingkat pemikiran superor dapat memiliki kekuatan transfer pada
keterampilan hidup.
Kelemahan model ini adalah hubungan isi antar materi
pelajaran tidak terlalu ditunjukkan secara eksplisit sehingga siswa kurang
dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang
lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan strategi yang digunakan siswa
agar dapat mengembangkan dirinya.
8.
Integrated (Keterpaduan)
Model integrated adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan
bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan
keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa
mata pelajaran. Untuk membuat tema, guru harus menyeleksi terlebih ahulu konsep
dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu tema untuk
memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket pembelajaran bertema.
Keunggulan model ini adalah siswa merasa senang dengan
adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai disiplin ilmu,
memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan dengan baik maka
dapat dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan sekolah “integrated
day”
Kelemahan model ini adalah sulit mencari keterkaitan
antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan
aspek keterampilan yang terkait. Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata
pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
9.
Immersed (Terbenam)
Model immersed adalah model pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang
mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia,
Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada
kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMA
dalam bentuk proyek di akhir semester.
Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai
ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang
lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan
mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran menjadi lebih
terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang menjadi pertanyaan
baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas. Model ini melatih
kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga SMA. Bagi
siswa kelas 4 SD model ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI. Misalnya
merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.
Kelemahan model ini adalah siswa yang tidak senang
membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa
menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk mengorganisir semua
kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn secara baik dan
terencana sebelumnya.
10.
Networked (Jaringan Kerja)
Model networked adalah model pembelajaran berupa
kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau
lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya
sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber
dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak,
orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan
belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya
yang besar dalam dirinya.
Keunggulan model ini adalah siswa memperluas wawasan
pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit
sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama proses
pembelajaran di kelas sedang berlangsung.
Kelemahan model ini adalah kemungkinan motivasi siswa
akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak
sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.
2.3 Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
2.3.1.
Pengertian Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Menurut Makruf (2013) Pembelajaran tematik integratif adalah
pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengintegrasikan beberapa
kompetensi dari beberapa mata pelajaran ke berbagai tema, sehingga dapat
memberikan pembelajaran yang bermakna kepada peserta didik. Pengintegrasian
tersebut dilakukan dalam dua hal yaitu integrasi sikap, keterampilan dan
pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang
berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak
belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan
makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang
tersedia. Pemilihan tema dalam pembelajaran didasarkan pada berbagai Kompetensi
Dasar (KD) sebagai penjabaran dari Kompetensi Inti (KI). Dalam konteks
pembelajaran tematik integratif, pemilihan tema didasarkan pada upaya untuk
merajut berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar berbagai
konsep dasar secara parsial.
2.3.2.
Gambaran Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Pembelajaran tematik integratif
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi
dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut
dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan
dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.
Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar
konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna
yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang
tersedia. Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan
dengan alam dan kehidupan manusia.
2.3.3.
Ciri-ciri Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Ciri-ciri pendekatan integrative
dalam (Zuchdi, 1997) itu antara lain:
- berpusat pada siswa,
- memberikan pengalaman langsung pada anak,
- pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas,
- menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran,
- bersifat luwes, dan
- hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
2.3.4.
Karakteristik Model Pembelajaran Tematik Terpadu
(Integratif)
·
Beberapa muatan mapel tergabung dalam satu tema.
·
Masing-masing muatan mapel menyatu secara
merata(pergantian mapel tidak disadari oleh siswa).
·
Setiap satu tema, muatan mapelnya bebas sesuai dengan
kelas, KI, dan KD.
2.3.5.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu
(Integratif)
Pembelajaran tematik terpadu
integratif merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapamata pelajaran
yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman berlajar yang bermakna
pada siswa. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba untukmemadukan
beberapa pokok bahasan (Beane, 1995 dalam Sa’ud, 2006). Keterpaduandalam
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses dan waktu, aspek
materibelajar, dan aspek kegiatan belajar dan mengajar. Pembelajaran tematik
terpadu integrative dapatdilaksanakan dalam proses pembelajaran siswa sekolah
dasar sesuai dengankompetensi dan materi ajar yang terdapat dalam kurikulum.
Ø Kelebihan Model Pembelajaran Tematik
Terpadu (Integratif)
Pendekatan tematik terpadu
integrative memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan dibandingkandengan
model pembelajaran konvensional, diantaranya adalah (Sa’ud, dkk. 2006) :
a. Mendorong
guru untuk mengembangkan kreatifitas
b. Memberikan
peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaranyang utuh,
menyeluruh, dinamis dan bermakna sesuai dengan keinginan dankemampuan guru
maupun kebutuhan dan kesiapan siswa.
c. Mempermudah
dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap,dan memahami
keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilaiatau tindakan yang
terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi.
d. Menghemat
waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran, disampingmenyederhanakan
langkah-langkah pembelajaran.
Ø Kekurangan Model Pembelajaran
Tematik Terpadu (Integratif)
Selain kelebihan atau keunggulan,
terdapat beberapa kelemahan dari pendekatanterpadu yaitu (Sa’ud, dkk., 2006) :
a. Dilihat
dari aspek guru, model ini menuntut tersedianya peran guru yangmemiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas, kreativitas tinggi,keterampilan metodologik
yang handal, kepercayaan diri dan etos akademikyang tinggi, dan berani untuk
mengemas dan mengembangkan materi.
b. Dilihat
dari aspek siswa, pembelajaran tematik terpadu integrative termasuk
memiliki peluanguntuk pengembangan kreatifitas akademik, yang menuntut
kemampuanbelajar siswa yang relatif baik, baik dalam aspek intelegensi
maupunkreatifitasnya.
c. Dilihat
dari aspek sarana atau sumber pembelajaran, pembelajaran tematik terpadu
integrativememerlukan bahan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
berguna, seperti yang dapat menunjang dan memperkaya serta mengembangkanwawasan
dan pengetahuan yang diperlukan.
e. Dilihat
dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik terpadu integrative
memerlukan jeniskurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.
f. Dilihat
dari sistem penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik terpadu integrativetersebut
membutuhkan sistem penilaian dan pengukuran (objek, indikator danprosedur) yang
terpadu dalam arti sistem yang berusaha menetapkankeberhasilan belajar siswa
dilihat dari beberapa mata pelajaran yang terkait,atau dengan kata lain, hasil
belajar merupakan kumpulan dan panduanpenguasaan dari berbagai materi yang
disatukan dan digabungkan.
g. Dilihat
dari suasana dan penekanan proses pembelajaran, pembelajarantematik terpadu integrative
cenderung mengakibatkan “tenggelamnya” pengutamaan salah satuatau lebih mata
pelajaran.
Keterbatasan lain dari
pembelajaran tematik terpadu integrative yang telah mencoba
menerapkanpendekatan ini mengungkapkan beberapa kesulitan baik pada saat
persiapanmaupun pelaksanaan pembelajaran , yaitu (Rustaman, N.Y. dkk., 2004):
a. Menentukan
“jembatan” yang bersifat alamiah sehingga keterkaitan antarunsur tidak tampak
dipaksakan.
b. Struktur
kurikulum yang dibatasi oleh catur wulan, seringkali menghambatpenentuan fokus
untuk mencari keterkaian antar unsur.
c. Pendekatan
ini menuntut cara mengases hasil pembelajaran dengan tingkatvariasi tinggi pada
saat hampir bersamaan, hal ini dianggap beban yang cukupberat oleh guru.
d. Kurangnya
dukungan dari pihak orangtua dan pihak luar sekolah yangseharusnya dapat
menjadi narasumber otentik bagi siswa, sehingga siswamengalami hambatan untuk
menjaring pengalaman otentik yang justrumenjadi jiwa dari pendekatan ini.
Selain dari pihak guru,
dari pihak siswa terungkap juga beberapapermasalahan yang menjadi hambatan bagi
pengembangan pendekatan ini yaitu:
a. Seringkali
rancangan kegiatan pembelajaran melibatkan terlalu banyak tugastugasyang
akhirnya terkesan membebani siswa.
b. Fokus
atau jembatan kurang jelas sehingga siswa merasa bingung dan gagalmemahami
keterkaitan antar unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran,peran guru
tampaknya sangat diperlukan dalam menggiring siswa untuksampai pada fokus yang
telah ditetapkan.
2.3.6.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Tematik Terpadu
(Integratif)
Apabila seorang guru
memutuskan untuk mencoba mengajar dengan pendekatantematik terpadu integrative,
langkah awal adalah mencari dan menentukan keterkaitan antar satu unsuredengan
unsur lainnya. Bentuk keterkaitan tersebut dituangkan dalam bentuk temayang
akan dijadikan focus utama pembahasan. Syarat yang harus diperhatikan
dalammenentukan tema adalah (Rustaman, N.Y., dkk. 2004) :
1. Bersifat
“fertil” artinya tema tersebut memiliki kemungkinan keterkaitan yang kayadengan
unsur atau konsep lain. Tema yang fertil biasanya berupa pola atau siklus.
2. Tema
sebaiknya sudah dikenal oleh siswa sehingga siswa dapat dengan mudahmenemukan
kebermaknaan dari hubungan antar konsepnya.
3. Tema
memberikan banyak kesempatan untuk melakukan eksplorasi dari objek ataukejadian
nyata dan dekat dengan lingkungan keseharian siswa sehingga kesempatanuntuk
memperkaya pengalaman serta keterampilan akan banyak didapatkan.
4. Tema
menggambarkan keterkaitan yang logis dan alamiah antar unsurnya.
5. Tema
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak (Karli
&Hutabarat, 2007).
Setelah tema
ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat perencanaanpembelajaran yang
mencakup kegiatan :
1. Pengembangan
subtema jika diperlukan
2. Mengidentifikasi
target pembelajaran dalam bentuk pengembangan TPK
3. Merancang
kegiatan pembelajaran dengan pengalaman belajar yang disesuaikandengan tema,
termasuk merinci pihak yang dapat dilibatkan dalam memberikanpengalaman otentik
kepada siswa.
4. Merancang
bentuk asesmen untuk mengetahui ketercapaian target pembelajaran.
Keberhasilan
pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaanmempertimbangkan
kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dankemampuan).
2.3.7.
Penerapan Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Integratif)
Salah satu kunci
pembelajaran tematik terpadu integrative yang terdiri atas beberapa bidang
kajianadalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa
mendapatpengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari
berbagaibidang kajian, Pengertian terpadu disini mengandung makna menghubungkan
IPAdengan berbagai bidang kajian (Carin, 1997 dalam Puskur, 2005). Lintas
bidangkajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti
makhlukhidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, materi dan
sifatnya, geologidan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan
bidang kajian lain diluar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk
jenjang pendidikan SekolahDasar. Pada jenjang SMP keterpaduan akan lebih baik
bila dibatasi bidang kajianIPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu
banyak guru yang terlibat, yangakan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam
pembelajaran dan penilaian,mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka
semakin dalam dan luas pulapemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta
didik.
Pembelajaran tematik terpadu
integrative diawali dengan menentukan tema, karena penentuan temaakan membantu
peserta didik dalam beberapa aspek yaitu :
1. Peserta
didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggungjawab,
berdisiplin, dan mandiri.
2. Peserta
didik menjadi lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bilamereka
berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya
3. Peserta
didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena merekamendengar,
berbicara, membaca, menulis, dan melakukan kegiatan menyelidikimasalah yang
sedang dipelajarinya.
4. Memperkuat
kemampuan berbahasa peserta didik
5. Belajar
akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugasproyek,
kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru dan dunia nyata.
Oleh karena itu, jika
guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA,sebaiknya memilih tema
yang menghubungkaitkan antara IPA-lingkunganteknologi-masyarakat.
2.4 Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
2.4.1.
Pengertian Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Seperti yang telah sedikit dibahas
di atas. Salah satu model pembelajaran menurut Fogarty yaitu model webbed. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
secara tegas mengatakan pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan
melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan
melalui pendekatan mata pelajaran. Penerapan untuk kelas rendah (1, 2, dan 3)
Sekolah Dasar dilakukan dengan pendekatan tematik webbed jaring
labang-laba. Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan pendekatan integrated atau
terpadu beberapa mata pelajaran.
Menurut
Trianto dalam bukunya Model Pembelajaran Terpadu dalam teori dan Praktek
menyatakan bahwa pembelajaran Model webbed
(Model Jaring Laba-laba) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan
tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negoisasi dengan siswa, tetapi dapat
pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati,
dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang
studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktifitas belajar yang harus
dilakukan siswa. Jadi model webbed atau jaring laba- laba terimplementasi
melalui pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran.
Pendekatan ini adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema
tertentu yang cenderung dapat disampailan melalui beberapa bidang study lain.
Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata
pelajaran maupun lintas mata pelajaran.
2.4.2.
Gambaran Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Model webbed ini menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu guru perlu mengemas atau
merancang pengalaman belajar yang berkesan agar belajar siswa lebih bermakna.
Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan
proses pembelajaran lebih efektif. Selain itu dengan penerapan pembelajaran
terpadu model webbed yang menggunakan
pendekatan tematik disekolah dasar, akan
sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih
melihat segala sesuatu dengan satu kesatuan(holistic).
2.4.3.
Ciri-ciri Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
·
Memiliki beberapa cabang.
·
Tema terletak pada bagian tengah.
·
Bentuk pola model webbed berbentuk jaring laba-laba
·
Muatan mapelnya masih terlihat secara utuh
2.4.4.
Karakteristik Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
·
Satu tema memiliki beberapa
muatan mapel
·
Masing-masing muatan matpel masih
bisa dibedakan (secara utuh)
·
Setiap satu tema, muatan mapelnya
bebas sesuai dengan kelas KI dan KD
2.4.5.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu
(Webbed)
Ø Kelebihan Model Pembelajaran Tematik
Terpadu (Webbed)
Kelebihan dari model jaring laba-laba (webbed), meliputi:
a.
Penyeleksian tema sesuai dengan
minat akan memotivasi anak untuk belajar;
b.
Lebih mudah dilakukan oleh guru yang
bbelum berpengalaman;
c.
Memudahkan perencanaan kerja tim
untuk mengembangkan tema kesemua bidang isi pelajaran;
d.
Pendekatan tematik dapat memotivasi
siswa;
e.
Memberikan kemudahan bagi anak didik
dalam kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.
Keuntungan pendekatan jaring
laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil
bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa
juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat
siswa.
Ø Kekurangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu
(Webbed)
Selain kelebihan yang dimiliki,
model webbed juga memiliki beberapa
kekurangan antara lain:
a.
Sulit dalam menyeleksi tema;
b.
Cenderung untuk merumuskan tema yang
dangkal sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial dalam perencanaan
kurikulum, sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
c.
Dalam pembelajaran, guru lebih
memusatkan perhatian pada kegiatan daripada pengembangan konsep;
d.
Memerlukan keseimbangan antara
kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
2.4.6.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Dengan penerapan pembelajaran
terpadu model webbed yang menggunakan
pendekatan tematik disekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai
dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
kesatuan (holistik).
Langkah untuk membuat rancangan
pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba yaitu:
a.
Mempelajari kompetensi dasar, hasil
belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok
usia.
b.
Mengidentifikasi tema dan subtema
dan memetakannya dalam jaring tema.
c.
Mengidentifikasi indikator pada
setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema.
d.
Menentukan kegiatan pada setiap
bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema
yang dipilih.
e.
Menyusun Rencana Kegiatan Mingguan.
f. Menyusun
Rencana Kegiatan Harian.
2.4.7.
Penerapan Model Pembelajaran Tematik Terpadu (Webbed)
Pembelajaran
terpadu menggunakan model webbed
dimulai dengan menentukan tema. Sebagai contoh tema yang sudah ditentukan
bersama adalah “Keluarga”. Dari tema ini dikembangkan dan dipadukan menjadi
sub-sub tema yang ada pada beberapa mata pelajaran, misalnya :
a.
IPA
Standar
Kompetensi : mengenal bebagai benda langit dan peristiwa alam (cuaca dan musim)
serta pengaruhnya terhadap kegiatan manusia.
Siswa
diajarkan tentang macam-macam benda langit dan peristiwa alam yang terjadi di
sekitar. Dari peristiwa alam tersebut siswa diharapkan dapat menjaga kebersihan
rumah.
b.
IPS
Standar Kompetensi : mendeskripsikan
lingkugan rumah
Siswa diajarkan untuk
mendeskripsikan lingkungan rumahnya masing-masing de
c.
Matematika
Standar Kompetensi : mengenal bangun
datar
Siswa
diajarkan tentang bentuk-bentuk bangun datar misalnya, misalnya pintu rumah
berbentuk persegi panjang, jendela
berbentuk persegi,
d.
Pkn
Standar Kompetensi : menerapkan
kewajiban anak di rumah dan di sekolah
Siswa
diajarkan tentang mengikuti tata tertib di rumah. Bekerja sama dengan anggota
keluarga yang lain dengan baik.
e.
Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi : memahami teks
pendek dengan membaca nyaring.
Siswa
membaca teks tentang kehidupan keluarga yang harmonis.
smbungnny mn...mksh.
BalasHapusIf you're trying to burn fat then you certainly need to get on this brand new custom keto meal plan diet.
BalasHapusTo design this keto diet service, certified nutritionists, personal trainers, and professional chefs united to develop keto meal plans that are productive, decent, cost-efficient, and delightful.
Since their first launch in January 2019, 100's of individuals have already completely transformed their figure and well-being with the benefits a professional keto meal plan diet can give.
Speaking of benefits; in this link, you'll discover 8 scientifically-confirmed ones offered by the keto meal plan diet.