About this blog

Sabtu, 28 Maret 2015

MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)



MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)
A.    Model Pembelajaran Bermain Peran (Role playing)
Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan sosial. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan, dan inkuiri.
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan-pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Model ini dipelopori oleh George Shaftel. Bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik (Mulyasa, 2014: 111).
Bermain peran atau sosiodrama adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendrmatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial (Sagala, 2010: 213).
Senada dengan Sagala, Huda (2014: 209) berpendapat bahwa, role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini biasanya dilakukan oleh lebih dari satu orang, bergantung pada apa yang diperankan. Pada strategi role playing, titik tekannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam suatu situasi permasalahan yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu.
Strategi role playing juga diorganisasikan berdasarkan kelompok-kelompok siswa yang heterogen. Masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan skenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam batas-batas skenario dari guru.
Mulyasa mengatakan bahwa sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu para peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya.
Keberhasilan model pembelajaran bermain peran tergantung pada kualitas permainan peran (enactment) yang diikuti oleh analisis terhadapnya. Disamping itu tergantung pula pada persepsi siswa tentangperan yang dimainkan terhadap situasi yang nyata (real life situation).
Hamzah (2009: 26) mengatakan bahwa bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan masalah dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk: (1) menggali perasaanya; (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah; (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena ia akan mendapatkan diri dalam suatu situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja, dan lain-lain.
Sebuah metode atau model pembelajaran tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dan kekurangna dari model pembelajaran bermain peran.

Kelebihan model pembelajaran bermain peran
a.       Dapat memberikan kesan pembelajaran yang kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa
b.      Bisa menjadi pengalaman belajar menyenangkan yang sulit untuk dilupakan
c.       Membuat suasana kelas menjadi lebih dinamis dan antusiastis
d.      Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan
e.       Memungkinkan siswa utuk terjun langsung memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar

Kelemahan model pembelajaran bermain peran
a.       Banyaknya waktu yang dibutuhkan
b.      Kesulitan menugaskan peran tertentu pada siswa jika tidak dilatih dengan baik
c.       Ketidakmungkinan memerapkan role playing jika suasana kelas tidak kondusif
d.      Membutuhkan persiapan yang benar-benar matang yang akan menghabiskan waktu dan tenaga
e.       Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui strategi ini.

B.     Langkah-langkah (Sintaks) Pembelajaran Bermain Peran (Role playing)
Menurut Huda (2014: 208), sintaks strategi role playing dapat dilihat dalam tahap-tahapnya adalah sebagai berikut
1.      Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2.      Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
3.      Guru membentuk kelompok siswa yang masing-masing beranggotakan 5 orang
4.      Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5.      Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6.      Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan
7.      Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
8.      Guru memberikan kesimpulan dan evaluasi secara umum.

DAFTAR PUSTAKA
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar.Bandung: Alfabeta
Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran: menciptakan Proses Belajar Mengasjar yang Kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara

1 komentar:

  1. Did you hear there's a 12 word phrase you can communicate to your partner... that will trigger intense feelings of love and impulsive appeal to you buried within his chest?

    Because hidden in these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, idolize and guard you with his entire heart...

    12 Words Who Trigger A Man's Desire Impulse

    This impulse is so hardwired into a man's genetics that it will drive him to work harder than ever before to make your relationship the best part of both of your lives.

    Matter of fact, fueling this mighty impulse is so essential to getting the best possible relationship with your man that the second you send your man a "Secret Signal"...

    ...You'll immediately notice him open his heart and mind for you in such a way he never expressed before and he'll identify you as the one and only woman in the galaxy who has ever truly fascinated him.

    BalasHapus